MANAJEMEN WAKTU


Pengertian TIME SCHEDULE dalam setiap Kegiatan

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtGBn6oMXEwHRzeEeaanX4g0g-H5Tiq10DA5nkp3wGCdUmWdkT-0_4mW9RZDfYp6_TGyE5lAo2zAijWppaHuoEkY1d0X6ZE2229j-HxipDlcT15scz7xN8xfBOw2aMKz5g2pOxEPc33iE/s1600/JADWALPELAKSANAAN.JPG
Dalam setiap urusan, pastilah Anda akan dihadapkan pada batas waktu pengerjaan. Mulai dari urusan rumah, pekerjaan, pembayaran tagihan, ataupun hal-hal lainnya. Batas waktu pengerjaan ini sangatlah penting dilakukan agar semua kegiatan berjalan sesuai dengan target yang direncanakan dan tepat waktu. Dan hal tersebut bisa diatasi dengan membuatkan time schedule.
Pengertian Time Schedule
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan time schedule?
Pengertian time schedule secara umum adalah rancangan waktu pelaksanaan kegiatan, mulai dari awal kegiatan hingga akhir pelaksanaan. Di dalam time schedule dijelaskan secara detil aktivitas apa saja yang harus dilakukan dan kapan harus terselesaikan.
Jadi, time schedule ibaratnya adalah pedoman kegiatan yang harus dilalui sejak hari kesatu hingga terselesaikannya seluruh kegiatan.
Fungsi Time Schedule Time schedule memegang peranan penting dalam setiap kegiatan, baik skala kecil maupun skala besar. Mulai dari kegiatan sekolah, kampus hingga sebuah proyek. Semuanya membutuhkan time schedule.
Mengapa time schedule sangat penting?
Sebab time schedule memiliki sejumlah fungsi vital berikut ini:
1.     Semua elemen kegiatan bisa dilaksanakan terjadwal dan tepat waktu. Dengan demikian bisa menjadi monitoring sekaligus kontrol aktivitas. 
2.     Membantu menyusun urutan aktivitas yang harus dikerjakan. Misalnya time schedule pendirian rumah, yakni mulai dari waktu yang harus diselesaikan untuk penyiapan lahan, selanjutnya diteruskan dengan penyiapkan desain rumah, pemilihan pekerja, penyediaan bahan baku, pengerjaan, dst. 
3.     Meningkatkan efektifitas dan efisien. Dengan time schedule semua kegiatan telah terjadwal dan diberi tenggat waktu pelaksanaannya. Artinya, tidak ada kegiatan yang mengalir begitu saja. Semua ada deadline-nya. Dengan cara ini, setiap orang yang terlibat di dalam kegiatan tersebut akan bersungguh-sungguh mematuhi time schedule yang telah dibuat. Walhasil, tidak ada waktu, tenaga, biaya, maupun pikiran yang terbuang secara percuma. Semua difungsikan seoptimal mungkin mengikuti time schedule tersebut. 
4.     Mencapai hasil riil Time schedule menjelaskan urutan kegiatan yang harus dilakukan dari awal hingga akhir. Artinya, ada bentuk riil yang akan dicapai dengan adanya time schedule ini.
Time schedule proyek
Time schedule adalah rencana alokasi waktu untuk menyelesaikan masing-masing item pekerjaan proyek yang secara keseluruhan adalah rentang waktu yang ditetapkan untuk melaksanakan sebuah proyek.
Time schedule pada proyek konstruksi dapat dibuat dalam bentuk
  • Kurva S
  • Bar chart
  • Network planning
  • schedule harian, schedule mingguan, bulanan, tahunan atau waktu tertentu.
  • Pembuatan time schedule dengan bantuan software seperti ms project.
Tujuan atau manfaat pembuatan time schedule pada sebuah proyek konstruksi antara lain:
  • Pedoman waktu untuk pengadaan sumber daya manusia yang dibutuhkan.
  • Pedoman waktu untuk pendatangan material yang sesuai dengan item pekerjaan yang akan dilaksanakan.
  • Pedoman waktu untuk pengadaan alat – alat kerja.
  • Time schedule juga berfungsi sebagai alat untuk mengendalikan waktu pelaksanaan proyek.
  • Sebagai tolok ukur pencapaian target waktu pelaksanaan pekerjaan.
  • Time schedule sebagai acuan untuk memulai dan mengakhiri sebuah kontrak kerja proyek konstruksi.
  • Sebagai  pedoman pencapaian progress pekerjaan setiap waktu tertentu.
  • Sebagai pedoman untuk penentuan batas waktu denda     atas keterlambatan proyek atau bonus atas percepatan proyek.
  • Sebagai pedoman untuk mengukur nilai suatu investasi
Untuk dapat menyusun time schedule atau jadwal pelaksanaan proyek yang baik dibutuhkan:
  • Gambar kerja proyek
  • Rencana anggaran biaya pelaksanaan proyek
  • Bill of Quantity ( BQ ) atau daftar volume pekerjaan
  • Data lokasi proyek berada
  • Data sumberdaya meliputi material, peralatan, sub kontraktor yang tersedia disekitar lokasi pekerjaan proyek berlangsung.
  • Data sumber daya material, peralatan, sub kontraktor yang harus didatangkan ke lokasi proyek.
  • Data kebutuhan tenaga kerja dan ketersediaan tenaga kerja yang di butuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan.
  • Data cuaca atau musim di lokasi pekerjaan proyek.
  • Data jenis transportasi yang dapat digunakan disekitar lokasi proyek.
  • Metode kerja yang digunakan untuk melaksanakan masing-masing item pekerjaan.
  • Data kapasitas prosduksi meliputi peralatan, tenaga kerja, sub kontraktor, material.
  • Data keuangan proyek meliputi arus kas, cara pembayaran pekerjaan, tenggang waktu pembayaran progress dll.

Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule)

Secara umum setiap proyek pasti membutuhkan suatu penjadwalan atau schedule dalam tahapan phase perencanaan, secara singkat penjadwalan atau schedule konstruksi merupakan suatu cara untuk menentukan dan menetapkan waktu pelaksanaan item pekerjaan serta alokasi sumber daya yang akan digunakan, dikenal dengan istilah “man power, material, equipment” atau dalam Bahasa Indonesia disebut “tenaga manusia, material dan peralatan” selama proses konstruksi.
Time schedule atau project schedule dibuat oleh project manager untuk mengatur manusia di dalam proyek dan menunjukan kepada organisasi bagaimana pekerjaan proyek tersebut akan dilaksanakan. Setiap proyek membutuhkan Time schedule dan ini merupakan alat untuk memantau bagi project manager/site manager apakah proyek dan tim masih terkendali atau tidak.
Project schedule berbentuk kalender yang dihunbungkan, sebelum jadwal dibuat WBS harus terlebih dahulu ada, jika tidak ada maka jadwal tersebut akan terkesan semrawut atau mengada-ada.
Definisi Time Schedule
Jadwal pelaksanaan (Time Schedule) adalah suatu alat pengendalian prestasi pelaksanaan proyek secara menyeluruh agar pelaksanaan proyek tersebut berjalan dengan lancar.
Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) Adalah
Contoh Schedule Proyek
Fungsi Time Schedule
1)  Sebagai pedoman kontraktor untuk melaksanakan suatu pekerjaan dan sebagai pedoman direksi untuk mengontrol apakah suatu pekerjaan berlangsung sesuai jadwal atau tidak.
2)  Sebagai pedoman untuk mengevaluasi suatu pekerjaan yang telah diselesaikan.
3)  Sebagai pedoman untuk mengatur kecepatan suatu pekerjaan.
4)  Untuk menentukan tahap-tahap pekerjaan sesuai dengan urutan waktu pelaksanaan.
5)  Untuk memperkirakan biaya yang harus disediakan dalam jangka waktu tertentu, serta untuk memperkirakan jumlah tenaga kerja, jumlah dan macam peralatan, serta material yang digunakan.
Jenis Time Schedule
Dalam proyek konstruksi terdapat beberapa jenis model instrumen penjadwalan yang biasa digunakan baik untuk proyek yang berskala kecil sampai yang besar baik yang bersifat formal maupun non formal. Secara umum dalam proyek konstruksi sering kita temukan jenis penjadwalan atau schedule berupa penjadwalan diagram batang/Gantt Chart dan Curve-S yang berfungsi memproyeksikan kemajuan progres bobot pekerjaan dan waktu pelaksanaan. Namun jika dikaji secara luas model penjadwalan memiliki beberapa jenis dan fungsi yang dapat digunakan dalam proses perencanaan maupun selama proses konstruksi berlangsung, Ada beberapa bentuk time schedule dalam proyek konstruksi, diantaranya:
1)  Schedule Waktu Tertentu
Schedule waktu tertentu seperti Schedule harian, schedule mingguan, bulanan, tahunan.
2)  Bar chart
Sekumpulan daftar kegiatan yang disusun dalam kolom arah vertikal, dan kolom arah horizontal menunjukkan skala waktu. Saat mulai dan akhir dari sebuah kegiatan dapat terlihat dengan jelas sedangkan durasi kegiatan digambarkan oleh panjangnya diagram batang.
3)  Curve-S
Sebuah jadal pelaksanaan yang disajikan dalam bentuk table dan bagan menyerupai huru S. Model penjadwalan semacam ini berupa penjadwalan yang berfungsi untuk memberikan informasi berupa bobot pekerjaan (Sb-y) dengan index dari 0 – 100% berdasarkan waktu durasi proyek (Sb-x) sehingga hubungan kedua sumbu tersebut membentuk kurva yang berbentuk S. Curve-S umumnya berguna dalam memonitoring kemajuan pekerjaan dalam pelaksanan konstruksi guna bermanfaat dalam memberikan bukti laporan atas proses administrasi pembayaran kepada pihak pemilik/owner berdasarkan kemajuan proyek yang telah dikerjakan serta dapat mengetahui kemajuan kinerja waktu pelaksanaan proyek apakah proyek mengalami kemajuan waktu pekerjaan atau keterlambatan/varian Curve-S.
4)  Gantt Chart
Berupa model penjadwalan atau schedule yang memproyeksikan item pekerjaan/pada sumbu y terhadap waktu pelaksanaannya yang berupa model diagram batang/Gantt secara horizontal sepanjang waktu total penjadwalan pada sumbu x/durasi proyek. Model penjadwalan ini berfungsi memberikan informasi urutan item pekerjaan yang akan dikerjakan secara sistematis dan juga dapat memberikan informasi berupa kemajuan proyek berdasarkan jadwal rencana dan aktual selama proses konstruksi dan tidak memberikan informasi lainnya seperti kinerja biaya, jalur kritis dan bobot pekerjaan.
5)  Earned Value Management (EVM)/Earned Value Analysis (EVA)
Model penjadwalan atau schedule semacam ini pada dasarnya merupakan instrumen pengukuran kinerja/performance nilai hasil terhadap waktu dan biaya suatu proyek khusunya di bidang konstruksi. Parameter dasar pada metode EVM yaitu:
a)  Budgeting Cost Work Performance (BCWP)/Earned Value (EV)
Yaitu nilai hasil bobot pekerjaan aktual di lapangan dikalikan dengan harga satuan pekerjaan pada setiap item pekerjaan yang telah dikerjakan.
b)  Actual Cost Work Performance (ACWP)
Merupakan parameter yang menunjukkan biaya aktual yang telah dikeluarkan pada suatu pekerjaan sampai periode dilakukannya evaluasi kinerja.
c)  Budgeting Cost Work Scheduled (BCWS)/Planned Value/PV
Parameter yang menunjukkan rencana biaya yang akan dikeluarkan berdasarkan perencanaan schedule yang dibuat.
Pemodelan penjadwalan kinerja ini juga dapat menganalisis tingkat penyimpangan/varians waktu dan biaya proyek, indeks kinerja waktu dan biaya serta dapat digunakan dalam meramalkan/estimasi total waktu dan biaya proyek secara keseluruhan berdasarkan index kinerja proyek yang telah dikerjakan sampai pada saat proyek dievaluasi. Earned Value Management (EVM)/Earned Value Analysis (EVA).
6)  Network Planning/Jaringan Kerja
Jadwal kegiatan pekerjaan berbentuk diagram network, model Ini digunakan dalam penyelenggaraan proyek yang produknya adalah inormasi mengenai kegiatan kegiatan yang ada didalam proyek yang bersangkutan merupakan model instrumen pengukuran jadwal proyek dengan menggunakan logika jaringan kerja untuk mendeteksi item pekerjaan yang berada pada jalur kritis maupun untuk mengetahui waktu detail pekerjaan yaitu dapat menentukan waktu yang paling cepat atau Early Time dan waktu paling lama atau Latest Time untuk dikerjakan dan waktu selesainya  pada setiap item pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Model jaringan kerja bisa berupa Critical Path Method (CPM), Predence Diagram Method (PDM) dan Program Evaluation Review Technique (PERT). Ketiga model jaringan kerja tersebut disesuaikan dengan jenis proyek yang akan dikerjakan misalnya untuk metode PERT lebih ideal gunakan jika proyek masih tergolong baru dimana waktu estimasi penjadwalannya masih belum pasti dimana perobabilitas waktu pelaksanaannya dapat lebih cepat ataupun lama.
7)  Resources Scheduled Distribution
Model penjadwalan ini merupakan uraian dari penjadwalan sebelumnya dimana dalam penjadwalan ini hanya berfokus pada sumber daya yang akan dijadwalkan selama proses konstruksi baik distribusi jadwal tenaga kerja, material dan peralatan proyek. Fungsi dari model penjadwalan ini yaitu dapat memberikan informasi target alokasi sumber daya berdasarkan jumlah yang akan direncanakan/digunakan pada periode pelaksanaan proyek, sehingga dapat mencegah terjadinya keterlambatan waktu alokasi sumber daya proyek di lapangan yang tentunya mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek secara keseluruhan.
Pembuatan Time Schedule
Pembuatan jadwal pelaksanaan (Time Schedule) harus memperhatikan beberapa faktor:
1)  Kondisi Atau Keadaan Lapangan
Seperti memantau kondisi di lapangan, mempelajari medan yang akan dibangun untuk proyek konstrusi tersebut atau Penelitian dilapangan, sehingga didapat data-data yang diperlukan dalam pelaksanaan. 
2)  Metode Pelaksanaan
Spesifikasi pekerjaan dan gambar secara lengkap yang sesuai dengan persyaratan mutu pekerjaan yang diperlukan dan Peralatan yang digunakan dalam pelaksaan proyek. 
3)  Sumber Daya Manusia (SDM)
Kemampuan dan keahlian yang dimiliki para pekerja, hal ini sangat berpengaruh pada waktu pelaksanaan pekerjaan. 
4)  Perkiraan Iklim Dan Cuaca
Faktor cuaca juga mempengaruhi jalannya pelaksanaan, misalnya pengecoran berjalan kurang baik karena adanya hujan. 
5)  Jenis Pekerjaan Dan Spesifikasi Teknis
Seperti jenis pekerjaan penggalian, pengecoran atau pekerjaan akan dimulainya proyek, apakah jalan akses masuk perlu dibuat atau sudah ada, apakah lokasi proyek di tengah hutan dan mempertimbangkan terlebih dahulu pekerjaan penebasan pohon, land clearing atau pemindahan tanah.
6)  Batasan Yang Ditentukan. 
Daerah dimana pekerjaan kontruksi tersebut memiliki batas yang jelas pada suatu wilayah dan abash secara hukum.
7)  Peraturan Pemerintah Daerah
Peraturan yang dibuat dari pemda setempat karena daerah tersebut berkaitan dengan budaya atau adat dan ijin lahan dan sebagainya yang menjadi acuan dasar untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi.
Untuk dapat menyusun time schedule atau jadwal pelaksanaan proyek yang baik dibutuhkan:
Gambar kerja proyek
Data lokasi proyek berada
Rencana anggaran biaya pelaksanaan proyek
Bill of Quantity (BQ) atau daftar volume pekerjaan
Data cuaca atau musim di lokasi pekerjaan proyek.
Data jenis transportasi yang dapat digunakan disekitar lokasi proyek.
Metode kerja yang digunakan untuk melaksanakan masing-masing item pekerjaan.
Data kebutuhan tenaga kerja dan ketersediaan tenaga kerja yang di butuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan.
Data sumberdaya meliputi material, peralatan, sub kontraktor yang tersedia disekitar lokasi pekerjaan proyek berlangsung.
Data sumber daya material, peralatan, sub kontraktor yang harus didatangkan ke lokasi proyek.
Data keuangan proyek meliputi arus kas, cara pembayaran pekerjaan, tenggang waktu pembayaran progress dan lain-lain
Data kapasitas prosduksi meliputi peralatan, tenaga kerja, sub kontraktor, material.

Kriteria Estimator
Penjadwalan atau schedule suatu proyek konstruksi selayaknya harus direncanakan secara matang dan optimal guna menghindari terjadinya keterlambatan waktu proyek/overun scheduled serta dampak-dampak buruk lainnya.
Suatu perencanaan penjadwalan atau schedule proyek konstruksi yang baik ditentukan oleh beberapa faktor penentu khususnya ditujukan bagi seorang estimator schedule, diantaranya:
1)  Kemampuan dalam mengestimasi waktu alokasi sumber daya (peralatan, material dan man power) yang akan dialokasikan selama proyek konstruksi berlangsung. Hal ini penting mengingat seringnya terjadi penyimpangan waktu transportasi sumber daya selama proses konstruksi misalnya yang paling sering terjadi yaitu keterlambatan dalam pengiriman material ke lokasi proyek yang tentunya akan berpengaruh secara langsung terhadap durasi total pelaksanaan proyek yang telah direncanakan terlebih jika keterlambatan tersebut berada pada jalur kritis/Critical Path.
2)  Keteraturan yang sistematis dan runtun dalam tahapan perencanaan pelaksanaan pekerjaan konstruksi, misalnya urutan sistematis item pekerjaan mulai dari tahap awal sampai akhir yang berurutan dan logis sesuai dengan kondisi serta perencanaan alokasi sumber daya saat proyek konstruksi berlangsung. Hal ini juga ditentukan dari tingkat pengalaman seorang estimator scheduled dalam penjadwalan suatu proyek yang akan dilaksanakan.
3)  Kemampuan estimasi lama durasi waktu pelaksanaan pada suatu item pekerjaan juga menentukan tingkat keberhasilan perencanaan penjadwalan suatu proyek konstruksi dimana pada faktor ini diperlukan analisis terhadap besar produktivitas sumber daya yang akan digunakan misalnya produktivitas tenaga kerja/man power dan peralatan/equipment terhadap volume total pekerjaan yang akan dikerjakan. Bahkan dalam hal ini seorang estimator dapat secara langsung menentukan nilai durasi waktu pelaksanaan berdasarkan pengalaman empiris yang biasa terjadi di lapangan.
Produktivitas Resources:
Kapasitas Volume / Waktu Kerja Resources (Cycle Time)
Total Durasi Waktu:
Volume Total / (Jumlah Resources x Produktivitas Resources)
4)  Kemampuan estimasi terhadap hal-hal yang mungkin dapat terjadi diluar perencanaan selama proses konstruksi berlangsung. Ini juga menjadi faktor tambahan yang setidaknya harus dimiliki oleh seorang estimator schedule dalam memprediksi durasi suatu item pekerjaan. Hal tersebut bisa berasal dari faktor internal maupun eksternal misalnya faktor cuaca, kerusakan peralatan, timbulnya kecelakaan kerja, masalah sosial, timbulnya klaim, dan sebagainya.
Namun yang paling penting yaitu keahlian dan pengalaman seorang estimator schedule dalam menganalisis perencanaan penjadwalan proyek secara optimal serta pada proses monitoring dan pengendaliannya. Hal ini dikarenakan pada phase planning/perencanaan suatu proyek harus dilakukan dengan matang sehingga sekurang-kurangnya dapat menekan tingkat risiko potensi penyebab keterlambatan khususnya pada saat phase pelaksanaan konstruksi dengan tingkat kompleksitas yang tinggi. Dari paparan berbagai strategi dan model penjadwalan suatu proyek konstruksi di atas kiranya dapat bermanfaat bagi pihak yang berkecimpung dalam bidang industri konstruksi. Beberapa hal perlu diperhatikan ketika membuat project schedule, seperti:
1)  Alokasi Resource Pada Pekerjaan
Resource bisa berupa berbagai hal seperti manusia, barang, peralatan computer dan proyektor, tempat ruang rapat, misalnya atau layanan seperti training atau tim pendukung out source yang dibutuhkan dan mungkin ketersediaannya terbatas.
Bagaimanapun juga resource yang utama adalah manusia. Pertama, project manager akan mengalokasikan orang-orang tertentu untuk suatu pekerjaan.  Kemudian, selama pekerjaan tersebut berlangsung, orang tersebut mungkin menjadi terlalu sibuk sehingga tidak bisa dialokasikan untuk pekerjaan lainnya. Perhatikan bahwa pemilihan pelaku perlu disesuaikan dengan kemampuan dan beragai hal lain karena ada pekerjaan yang dapat dilakukan oleh siapa saja, tetapi umumnya pekerjaan hanya dapat dikerjakan oleh satu atau beberapa orang saja.
2)  Identifikasikan Setiap Ketergantungan
Sebuah pekerjaan disebut memiliki ketergantungan jika melibatkan aktivitas, resource atau work product yang dihasilkan pekerjaan/aktivitas lain.  Contoh:  test plan tidak mungkin dilaksanakan selama software belum ditulis, program baru dapat ditulis setelah class atau modul dibuat dan dideskripsikan pada tahapan desain. Tiap pekerjaan pada WBS perlu diberi nomor, dengan angka tersebut bergantung pada nomor pekerjaan syaratnya. Berikut ini adalah sedikit gambaran tentang bagaimana suatu pekerjaan menjadi tergantung pada pekerjaan lainnya.
3)  Buat Jadwalnya
Tiap pekerjaan juga memiliki jangka waktu pekerjaan.  Dengan demikian jadwal bisa dibuat, contoh: Tiap pekerjaan ditunjukkan dengan kotak, sedangkan ketergantungan antar pekerjaan ditunjukkan dengan gambar panah. Kotak hitam berbentuk wajik antara D dan E (pada gambar di atas) disebut milestone atau pekerjaan tanpa durasi. Milestone digunakan untukmenunjukkan kejadian penting pada jadwal. Sedangkan kotak hitam panjang antara C danD yang juga mengandung potongan wajik menunjukkan summary task atau dua subpekerjaan yang memiliki induk yang sama. Jadwal bisa dibuat dalam bentuk Gantt Chart, PERT atau diagram semacamnya Contoh Gantt Chart yang dibuat dengan sebuah tool manajemen proyek.
Risk Plan
Risk plan adalah daftar resiko/masalah yang mungkin terjadi selama proyek berlangsung dan bagaimana menangani terjadinya resiko tersebut.  Bagaimanapun juga ketidakpastian adalah musuh semua rencana, termasuk rencana proyek.  Terkadang ada saja waktu-waktu yang tidak menyenangkan bagi proyek, banyak kesulitan terjadi misalnya suatu resource tiba-tiba tidak tersedia. Oleh karenanya risk plan adalah persiapan terbaik menghadapi ketidakpastian. Langkah-langkah berikut dapat menjadi acuan untuk mendapatkan Risk Plan:
1)  Pembahasan Resiko Potensial
Project manager akan memimpin sebuah sesi/rapat untuk mengidentifikasikan masalah-masalah yang mungkin akan muncul. Anggota tim akan dipancing untuk mengemukakan resiko-resiko yang terpikirkan. Project manager akan menuliskannya di papan tulis setiap ada yang mengemukakan pendapat yang relevan. Sedikit pendapat mungkin akan muncul pada awalnya, kemudian berlanjut dengan tanggapan yang susul-menyusul hingga akhirnya suasana mendingin sampai akhirnya pendapat terakhir diutarakan.
Resiko yang dimaksud disini adalah resiko spesifik.  Jika suatu resiko dirasa belum spesifik maka project manager akan memancing agar permasalahan disampaikan secara lebih spesifik. Sumber masalah yang baik lainnya adah asumsi-asumsi yang muncul ketika membuat Vision and Scope dan melakukan estimasi dengan metode Wideband Dephi.
2)  Estimasi Dan Resiko/Masalah
Tim akan memberikan rating untuk setiap resiko. Nilainya berkisar dari 1 masalah dengan resiko kecil hingga 5 masalah dengan resiko besar, kemungkinan munculnya besar, mungkin menghabiskan biaya besar dan sulit untuk membereskannya.
3)  Buat Sebuah Risk Plan
Tim akan mengidentifikasi langkah-langkah yang akan di ambil untuk mengatasi masalah-masalah yang akan muncul tersebut, dimulai dari resiko bernilai lima. Penjadwalan Proyek PERT adalah suatu alat manajemen proyek yang digunakan untuk melakukan penjadwalan, mengatur dan mengkoordinasi bagian-bagian pekerjaan yang ada didalam suatu proyek. PERT yang memiliki kepanjangan Program Evalution Review Technique adalah suatu metodologi yang dikembangkan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat pada tahun 1950 untuk mengatur programmisil.  Sedangkan terdapat metodologi yang sama pada waktu bersamaan yang dikembangkan oleh sektor swasta yang dinamakan CPM atau Critical Path Method.
-    Karakteristik Pert
Dari langkah-langkah penjelasan metode PERT maka bisa dilihat suatu karakteristik dasar PERT, yaitu sebuah jalur kritis. Dengan diketahuinya jalur kritis ini maka suatu proyek dalam jangka waktu penyelesaian yang lama dapat diminimalisasi.
Ciri-ciri jalur kritis adalah:
a)  Jalur yang biasanya memakan waktu terpanjang dalam suatu proses.
b)  Jalur yang tidak memiliki tenggang waktu antara selesainya suatu tahap kegiatan dengan
c)   mulainya suatu tahap kegiatan berikutnya.
d)  Tidak adanya tenggang waktu tersebut yang merupakan sifat kritis dari jalur kritis.
-    Karakteristik proyek
a)  Kegiatannya dibatasi oleh waktu sifatnya sementara, diketahui kapan mulai dan berakhirnya.
b)  Dibatasi oleh biaya.
c)   Dibatasi oleh kualitas.
d)  Biasanya tidak berulang-ulang.
-    Manfaat Pert
a)  Mengetahui ketergantungan dan keterhubungan tiap pekerjaan dalam suatu proyek.
b)  Dapat mengetahui implikasi dan waktu jika terjadi keterlambatan suatu pekerjaan.
c)   Dapat mengetahui kemungkinan untuk mencari jalur alternatif lain yang lebih baik untukkelancaran proyek.
d)  Dapat mengetahui kemungkinan percepatan dari salah satu atau beberapa jalur kegiatan.
e)  Dapat mengetahui batas waktu penyelesaian proyek.
Sekian untuk pembahasan dalam materi manajemen konstruksi mengenai time schedule dan hal hal lain yang berkaitan semoga memberikan manfaat lebih bagi pembaca. Sekian dan Terimakasih.
PENGERTIAN KURVA S
Kurva – S merupakan suatu kurve yg disusun utk menunjukkan interaksi antara nilai komulatif anggaran atau jam-orang (man hours) yg sudah digunakan atau persentase (persen) penyelesaian pekerjaan terhadap waktu. Dengan begitu pada Kurva–S dapat digambarkan kemajuan volume tugas yg diselesaikan 
sepanjang berlangsungnya proyek atau pekerjaan dalam bagian dari proyek. 
Dengan membandingkan kurva tersebut dgn kurva yg serupa yg disusun berdasarkan perencanaan, sehingga akan langsung tampak dgn jelas bila terjadi penyimpangan. Oleh lantaran kemampuannya yg bisa diandalkan dalam melihat penyimpangan-penyimpangan dalam pengerjaan proyek, sehingga pengendalian. 

Pengertian Kurva S

Proyek dgn memakai Kurva–S sering kali difungsikan dalam pengendalian suatu proyek. 
Pada Kurva–S, sumbu mendatar menunjukkan waktu kalender, & sumbu vertikal menunjukkan nilai komulatif anggaran atau jam-orang atau persentase penyelesaian pekerjaan. Kurva yg berbentuk huruf ”S” tersebut lebih banyak terbentuk lantaran kelaziman dalam pengerjaan proyek yakni : 

Kemajuan pada awal-awalnya bergerak lambat. 
Setelah Itu diikuti oleh aktivitas yg bergerak cepat dalam jangka waktu yg lebih lama. 
Pada akhirnya aktivitas menurun kembali & berakhir pada suatu titik akhir. 
Juga Sebagai info utk mengontrol pelaksaan suatu proyek dgn cara membandingkan deviasi antara kurva rencana dgn kurva realisai.  
Sbg infomasi utk pengambilan keputusan berdasarkan perubahan kurva realisasi terhadap kurva rencana, perubahan ini bisa dalam bentuk prosentase pekerjaan lebih cepat atau lebih lambat dari waktu yg telah ditentukan utk menyelesaikan proyek.

 

Kurva “S”
Kurva ini menunjukan hubungan antara presentase pekerjaan yang harus diselesaikan dengan waktu. Biasanya grafik ini dikenal dengan sebutan Kurva S (S-Curve) dalam satuan bobot persen.

Fungsi kurva “S” ini adalah :
  • Untuk mengontrol pelaksanaan pekerjaan pada setiap waktu, dengan membandingkan bobot persen rencana dengan bobot persen realisasi dilapangan, sehingga perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan tidak mengganggu atau mempengaruhi waktu pekerjaan secara keseluruhan.
  • Untuk mengetahui waktu pembayaran angsuran, berdasarkan perjanjian yang ada, untuk membayar angsuran ini harus juga diperiksa perincian volume pekerjaan yang telah diselesaikan.
Ada dua macam bobot persen:
1.     Bobot pesen yang menyatakan perbandingan antara harga suatu jenis pekerjaan dalam waktu tertentu terhadap harga total yang tercantum dalam dokumen kontrak. Dalam hal ini grafik bobot persen menyatakan hubungan antara harga kumulatif bobot persen dengan waktu.
2.     Bobot persen yang menyatakan perbandingan antara bobot suatu jenis pekerjaan dengan bobot seluruh pekerjaan. Dari bobot persen ini, dapat dibuat grafik yang menyatakan hubungan antara persentase kumulatif pekerjaan dengan waktu, dari grafik ini pula dapat diketahui persentase pekerjaan yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.

Bobot persen yang dipakai pada proyek ini adalah sebagai berikut:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh51dGcSt-RaRfNxV-t4p3Op7fjfjlvlpME-1EBY0120M8TU7vdeHVs_U9yNeoLZMompLD3X4V-cHLOzB1WYNaZzepvxEzvEP55dyMi-ng0NE1ffy691pEddEc7i_jSujXlMF3ZimNXkXOD/s1600/Untitled.png

Pada dasarnya Time Schedule ini dibuat untuk mengontrol kemajuan suatu proyek, sesuai jangka waktu yang tersedia. Dalam pelaksanaanya, Time Schedule harus selalu dikontrol agar dapat dilakukan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Jika terjadi keterlambatan suatu pekerjaan, maka harus ada pekerjaan yang lain yang dipercepat menutupi keterlambatan terjadi, misalnya dengan penambahan tenaga kerja, penambahan peralatan, kerja lembur dan sebagainya. 
Dalam penyusunan Time Schedule ini, yang perlu mendapat perhatian adalah efisiensi pekerjaan, sehingga biarpun terjadi keterlambatan, proyek tersebut masih memenuhi persyaratan teknis dan ekonomis.

Prosedur Pembuatan Kurva “S” Rencana
1.      Menuliskan item pekerjaan seperti yanag ada di Time Schedule.
2.     Menentukan bobot persen dari tiap item pekerjaan berdasar perincian haraga pada item pekerjaan terhadap harga total dari semua item pekerjaan.
3.     Membagi bobot persen pekerjaan (perhitungan no.2) dengan lama waktu yanag dibutuhkan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut sesuai dengan Time Schedule. Misalnya jika direncanakan pekerjaan itu dapat diselesaikan dalam 4 minggu maka bobot persen pekerjaan dibagi 4 tiap minggunya. Bobot persen pekerjaan diterapkan untuk mempermudah penyediaan material, tenaga kerja dan biaya.
4.     Menjumlahkan bobot persen pekerjaan persatuan waktu.
5.     Membuat tabel kumulatifi dari persen pekerjaan persatuan waktu yang direncanakan sampai dengan waktu dari proyek tersebut.
6.     Memplot grafik hubungan antara kumulaatif dari persen pekerjaan waktu.

Prosedur Pembuatan Kurva “S” Realisasi
Pembuatan Kurva S ini berhubungan dengan presentasi pekerjaan Kontrakor yang dicatat dalam Time Schedule. Prestasi pekerjaan ini dinilai dari beberapa persen dari tiap item/jenis pekerjaan yang telah diselesaikan Kontraktor di lapangan, sesuai dengan jadwal yang direncanakan. Adapun tahap – tahap pembuatannya adalah:
1.     Penilaian prestasi kerja Kontraktor diplot dalam Time Schedule persatuan waktu tersebut.
2.     Menjumlahkan prestasi kerja Kontraktor untuk seluruh item/jenis pekerjaan yang dikerjakan persatuan waktu tersebut.
3.     Membuat tabel kumulatif dari prestasi kerja yang diselesaikan Kontraktor sampai dengan waktu tersebut.
4.     Memplot grafik hubungan antara kumulatif dan prestasi kerja dengan waktu. Grafik inilah yang disebut Kurva S realisasi
Sumber :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERKENALAN

BIODATA NAMA                   : EKKY IRWANTO NIM                       : 416110020 FAKULTAS           : TEKNIK STUDY             ...