Pengertian TIME SCHEDULE dalam setiap Kegiatan
Dalam setiap
urusan, pastilah Anda akan dihadapkan pada batas waktu pengerjaan. Mulai dari
urusan rumah, pekerjaan, pembayaran tagihan, ataupun hal-hal lainnya. Batas
waktu pengerjaan ini sangatlah penting dilakukan agar semua kegiatan berjalan
sesuai dengan target yang direncanakan dan tepat waktu. Dan hal tersebut bisa
diatasi dengan membuatkan time schedule.
Pengertian Time
Schedule
Sebenarnya apa
yang dimaksud dengan time schedule?
Pengertian time schedule secara umum adalah rancangan waktu pelaksanaan kegiatan, mulai dari awal kegiatan hingga akhir pelaksanaan. Di dalam time schedule dijelaskan secara detil aktivitas apa saja yang harus dilakukan dan kapan harus terselesaikan.
Pengertian time schedule secara umum adalah rancangan waktu pelaksanaan kegiatan, mulai dari awal kegiatan hingga akhir pelaksanaan. Di dalam time schedule dijelaskan secara detil aktivitas apa saja yang harus dilakukan dan kapan harus terselesaikan.
Jadi, time
schedule ibaratnya adalah pedoman kegiatan yang harus dilalui sejak hari kesatu
hingga terselesaikannya seluruh kegiatan.
Fungsi Time
Schedule Time schedule memegang peranan penting dalam setiap kegiatan, baik
skala kecil maupun skala besar. Mulai dari kegiatan sekolah, kampus hingga
sebuah proyek. Semuanya membutuhkan time schedule.
Mengapa time
schedule sangat penting?
Sebab time
schedule memiliki sejumlah fungsi vital berikut ini:
1.
Semua
elemen kegiatan bisa dilaksanakan terjadwal dan tepat waktu. Dengan demikian
bisa menjadi monitoring sekaligus kontrol aktivitas.
2.
Membantu
menyusun urutan aktivitas yang harus dikerjakan. Misalnya time schedule
pendirian rumah, yakni mulai dari waktu yang harus diselesaikan untuk penyiapan
lahan, selanjutnya diteruskan dengan penyiapkan desain rumah, pemilihan
pekerja, penyediaan bahan baku, pengerjaan, dst.
3.
Meningkatkan
efektifitas dan efisien. Dengan time schedule semua kegiatan telah terjadwal
dan diberi tenggat waktu pelaksanaannya. Artinya, tidak ada kegiatan yang
mengalir begitu saja. Semua ada deadline-nya. Dengan cara ini, setiap orang
yang terlibat di dalam kegiatan tersebut akan bersungguh-sungguh mematuhi time
schedule yang telah dibuat. Walhasil, tidak ada waktu, tenaga, biaya, maupun
pikiran yang terbuang secara percuma. Semua difungsikan seoptimal mungkin
mengikuti time schedule tersebut.
4.
Mencapai
hasil riil Time schedule menjelaskan urutan kegiatan yang harus dilakukan dari
awal hingga akhir. Artinya, ada bentuk riil yang akan dicapai dengan adanya
time schedule ini.
Time schedule proyek
Time schedule adalah rencana alokasi waktu untuk
menyelesaikan masing-masing item pekerjaan proyek yang secara keseluruhan
adalah rentang waktu yang ditetapkan untuk melaksanakan sebuah proyek.
Time
schedule pada proyek konstruksi dapat dibuat dalam bentuk
- Kurva S
- Bar chart
- Network planning
- schedule harian, schedule
mingguan, bulanan, tahunan atau waktu tertentu.
- Pembuatan time schedule dengan
bantuan software seperti ms project.
Tujuan
atau manfaat pembuatan time schedule pada sebuah proyek konstruksi antara lain:
- Pedoman waktu untuk pengadaan
sumber daya manusia yang dibutuhkan.
- Pedoman waktu untuk pendatangan
material yang sesuai dengan item pekerjaan yang akan dilaksanakan.
- Pedoman waktu untuk pengadaan
alat – alat kerja.
- Time schedule juga berfungsi
sebagai alat untuk mengendalikan waktu pelaksanaan proyek.
- Sebagai tolok ukur pencapaian
target waktu pelaksanaan pekerjaan.
- Time schedule sebagai acuan
untuk memulai dan mengakhiri sebuah kontrak kerja proyek konstruksi.
- Sebagai pedoman pencapaian
progress pekerjaan setiap waktu tertentu.
- Sebagai pedoman untuk penentuan
batas waktu denda atas keterlambatan proyek atau
bonus atas percepatan proyek.
- Sebagai pedoman untuk mengukur
nilai suatu investasi
Untuk
dapat menyusun time schedule atau jadwal pelaksanaan proyek yang baik
dibutuhkan:
- Gambar kerja proyek
- Rencana anggaran biaya
pelaksanaan proyek
- Bill of Quantity ( BQ ) atau
daftar volume pekerjaan
- Data lokasi proyek berada
- Data sumberdaya meliputi
material, peralatan, sub kontraktor yang tersedia disekitar lokasi
pekerjaan proyek berlangsung.
- Data sumber daya material,
peralatan, sub kontraktor yang harus didatangkan ke lokasi proyek.
- Data kebutuhan tenaga kerja dan
ketersediaan tenaga kerja yang di butuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan.
- Data cuaca atau musim di lokasi
pekerjaan proyek.
- Data jenis transportasi yang
dapat digunakan disekitar lokasi proyek.
- Metode kerja yang digunakan
untuk melaksanakan masing-masing item pekerjaan.
- Data kapasitas prosduksi
meliputi peralatan, tenaga kerja, sub kontraktor, material.
- Data keuangan proyek meliputi
arus kas, cara pembayaran pekerjaan, tenggang waktu pembayaran progress
dll.
Jadwal Pelaksanaan
(Time Schedule)
Secara umum setiap
proyek pasti membutuhkan suatu penjadwalan atau schedule dalam tahapan phase
perencanaan, secara singkat penjadwalan atau schedule konstruksi merupakan
suatu cara untuk menentukan dan menetapkan waktu pelaksanaan item pekerjaan
serta alokasi sumber daya yang akan digunakan, dikenal dengan istilah “man
power, material, equipment” atau dalam Bahasa Indonesia disebut “tenaga
manusia, material dan peralatan” selama proses konstruksi.
Time schedule atau
project schedule dibuat oleh project manager untuk mengatur manusia di dalam
proyek dan menunjukan kepada organisasi bagaimana pekerjaan proyek tersebut
akan dilaksanakan. Setiap proyek membutuhkan Time schedule dan ini merupakan
alat untuk memantau bagi project manager/site manager apakah proyek dan tim
masih terkendali atau tidak.
Project schedule
berbentuk kalender yang dihunbungkan, sebelum jadwal dibuat WBS harus terlebih
dahulu ada, jika tidak ada maka jadwal tersebut akan terkesan semrawut atau
mengada-ada.
Definisi Time Schedule
Jadwal pelaksanaan
(Time Schedule) adalah suatu alat pengendalian prestasi pelaksanaan proyek
secara menyeluruh agar pelaksanaan proyek tersebut berjalan dengan lancar.
Fungsi Time Schedule
1) Sebagai
pedoman kontraktor untuk melaksanakan suatu pekerjaan dan sebagai pedoman
direksi untuk mengontrol apakah suatu pekerjaan berlangsung sesuai jadwal atau
tidak.
2) Sebagai
pedoman untuk mengevaluasi suatu pekerjaan yang telah diselesaikan.
3) Sebagai
pedoman untuk mengatur kecepatan suatu pekerjaan.
4) Untuk
menentukan tahap-tahap pekerjaan sesuai dengan urutan waktu pelaksanaan.
5) Untuk
memperkirakan biaya yang harus disediakan dalam jangka waktu tertentu, serta
untuk memperkirakan jumlah tenaga kerja, jumlah dan macam peralatan, serta
material yang digunakan.
Jenis Time Schedule
Dalam proyek
konstruksi terdapat beberapa jenis model instrumen penjadwalan yang biasa
digunakan baik untuk proyek yang berskala kecil sampai yang besar baik yang
bersifat formal maupun non formal. Secara umum dalam proyek konstruksi sering
kita temukan jenis penjadwalan atau schedule berupa penjadwalan diagram
batang/Gantt Chart dan Curve-S yang berfungsi memproyeksikan kemajuan progres
bobot pekerjaan dan waktu pelaksanaan. Namun jika dikaji secara luas model
penjadwalan memiliki beberapa jenis dan fungsi yang dapat digunakan dalam proses
perencanaan maupun selama proses konstruksi berlangsung, Ada beberapa bentuk
time schedule dalam proyek konstruksi, diantaranya:
1) Schedule Waktu Tertentu
Schedule waktu
tertentu seperti Schedule harian, schedule mingguan, bulanan, tahunan.
2) Bar chart
Sekumpulan daftar
kegiatan yang disusun dalam kolom arah vertikal, dan kolom arah horizontal
menunjukkan skala waktu. Saat mulai dan akhir dari sebuah kegiatan dapat
terlihat dengan jelas sedangkan durasi kegiatan digambarkan oleh panjangnya
diagram batang.
3) Curve-S
Sebuah jadal
pelaksanaan yang disajikan dalam bentuk table dan bagan menyerupai huru S.
Model penjadwalan semacam ini berupa penjadwalan yang berfungsi untuk
memberikan informasi berupa bobot pekerjaan (Sb-y) dengan index dari 0 – 100% berdasarkan
waktu durasi proyek (Sb-x) sehingga hubungan kedua sumbu tersebut membentuk
kurva yang berbentuk S. Curve-S umumnya berguna dalam memonitoring kemajuan
pekerjaan dalam pelaksanan konstruksi guna bermanfaat dalam memberikan bukti
laporan atas proses administrasi pembayaran kepada pihak pemilik/owner
berdasarkan kemajuan proyek yang telah dikerjakan serta dapat mengetahui
kemajuan kinerja waktu pelaksanaan proyek apakah proyek mengalami kemajuan
waktu pekerjaan atau keterlambatan/varian Curve-S.
4) Gantt Chart
Berupa model
penjadwalan atau schedule yang memproyeksikan item pekerjaan/pada sumbu y
terhadap waktu pelaksanaannya yang berupa model diagram batang/Gantt secara
horizontal sepanjang waktu total penjadwalan pada sumbu x/durasi proyek. Model
penjadwalan ini berfungsi memberikan informasi urutan item pekerjaan yang akan
dikerjakan secara sistematis dan juga dapat memberikan informasi berupa
kemajuan proyek berdasarkan jadwal rencana dan aktual selama proses konstruksi
dan tidak memberikan informasi lainnya seperti kinerja biaya, jalur kritis dan
bobot pekerjaan.
5) Earned Value Management (EVM)/Earned Value
Analysis (EVA)
Model penjadwalan
atau schedule semacam ini pada dasarnya merupakan instrumen pengukuran
kinerja/performance nilai hasil terhadap waktu dan biaya suatu proyek khusunya
di bidang konstruksi. Parameter dasar pada metode EVM yaitu:
a) Budgeting Cost Work Performance (BCWP)/Earned
Value (EV)
Yaitu nilai hasil
bobot pekerjaan aktual di lapangan dikalikan dengan harga satuan pekerjaan pada
setiap item pekerjaan yang telah dikerjakan.
b) Actual Cost Work Performance (ACWP)
Merupakan
parameter yang menunjukkan biaya aktual yang telah dikeluarkan pada suatu
pekerjaan sampai periode dilakukannya evaluasi kinerja.
c) Budgeting Cost Work Scheduled (BCWS)/Planned
Value/PV
Parameter yang
menunjukkan rencana biaya yang akan dikeluarkan berdasarkan perencanaan
schedule yang dibuat.
Pemodelan
penjadwalan kinerja ini juga dapat menganalisis tingkat penyimpangan/varians waktu
dan biaya proyek, indeks kinerja waktu dan biaya serta dapat digunakan dalam
meramalkan/estimasi total waktu dan biaya proyek secara keseluruhan berdasarkan
index kinerja proyek yang telah dikerjakan sampai pada saat proyek dievaluasi.
Earned Value Management (EVM)/Earned Value Analysis (EVA).
6) Network Planning/Jaringan Kerja
Jadwal kegiatan
pekerjaan berbentuk diagram network, model Ini digunakan dalam penyelenggaraan
proyek yang produknya adalah inormasi mengenai kegiatan kegiatan yang ada
didalam proyek yang bersangkutan merupakan model instrumen pengukuran jadwal
proyek dengan menggunakan logika jaringan kerja untuk mendeteksi item pekerjaan
yang berada pada jalur kritis maupun untuk mengetahui waktu detail pekerjaan
yaitu dapat menentukan waktu yang paling cepat atau Early Time dan waktu paling
lama atau Latest Time untuk dikerjakan dan waktu selesainya pada setiap
item pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Model jaringan
kerja bisa berupa Critical Path Method (CPM), Predence Diagram Method (PDM) dan
Program Evaluation Review Technique (PERT). Ketiga model jaringan kerja
tersebut disesuaikan dengan jenis proyek yang akan dikerjakan misalnya untuk
metode PERT lebih ideal gunakan jika proyek masih tergolong baru dimana waktu
estimasi penjadwalannya masih belum pasti dimana perobabilitas waktu
pelaksanaannya dapat lebih cepat ataupun lama.
7) Resources Scheduled Distribution
Model penjadwalan
ini merupakan uraian dari penjadwalan sebelumnya dimana dalam penjadwalan ini
hanya berfokus pada sumber daya yang akan dijadwalkan selama proses konstruksi
baik distribusi jadwal tenaga kerja, material dan peralatan proyek. Fungsi dari
model penjadwalan ini yaitu dapat memberikan informasi target alokasi sumber
daya berdasarkan jumlah yang akan direncanakan/digunakan pada periode
pelaksanaan proyek, sehingga dapat mencegah terjadinya keterlambatan waktu
alokasi sumber daya proyek di lapangan yang tentunya mempengaruhi waktu
pelaksanaan proyek secara keseluruhan.
Pembuatan Time Schedule
Pembuatan jadwal
pelaksanaan (Time Schedule) harus memperhatikan beberapa faktor:
1) Kondisi Atau Keadaan Lapangan
Seperti memantau
kondisi di lapangan, mempelajari medan yang akan dibangun untuk proyek
konstrusi tersebut atau Penelitian dilapangan, sehingga didapat data-data yang
diperlukan dalam pelaksanaan.
2) Metode Pelaksanaan
Spesifikasi
pekerjaan dan gambar secara lengkap yang sesuai dengan persyaratan mutu
pekerjaan yang diperlukan dan Peralatan yang digunakan dalam pelaksaan
proyek.
3) Sumber Daya Manusia (SDM)
Kemampuan dan
keahlian yang dimiliki para pekerja, hal ini sangat berpengaruh pada waktu
pelaksanaan pekerjaan.
4) Perkiraan Iklim Dan Cuaca
Faktor cuaca juga
mempengaruhi jalannya pelaksanaan, misalnya pengecoran berjalan kurang baik
karena adanya hujan.
5) Jenis Pekerjaan Dan Spesifikasi Teknis
Seperti jenis
pekerjaan penggalian, pengecoran atau pekerjaan akan dimulainya proyek, apakah
jalan akses masuk perlu dibuat atau sudah ada, apakah lokasi proyek di tengah
hutan dan mempertimbangkan terlebih dahulu pekerjaan penebasan pohon, land
clearing atau pemindahan tanah.
6) Batasan Yang Ditentukan.
Daerah dimana
pekerjaan kontruksi tersebut memiliki batas yang jelas pada suatu wilayah dan
abash secara hukum.
7) Peraturan Pemerintah Daerah
Peraturan yang dibuat
dari pemda setempat karena daerah tersebut berkaitan dengan budaya atau adat
dan ijin lahan dan sebagainya yang menjadi acuan dasar untuk melaksanakan
pekerjaan konstruksi.
Untuk dapat
menyusun time schedule atau jadwal pelaksanaan proyek yang baik dibutuhkan:
Gambar kerja
proyek
|
Data lokasi
proyek berada
|
Rencana anggaran
biaya pelaksanaan proyek
|
Bill of Quantity
(BQ) atau daftar volume pekerjaan
|
Data cuaca atau
musim di lokasi pekerjaan proyek.
|
Data jenis
transportasi yang dapat digunakan disekitar lokasi proyek.
|
Metode kerja
yang digunakan untuk melaksanakan masing-masing item pekerjaan.
|
Data kebutuhan
tenaga kerja dan ketersediaan tenaga kerja yang di butuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan.
|
Data sumberdaya
meliputi material, peralatan, sub kontraktor yang tersedia disekitar lokasi
pekerjaan proyek berlangsung.
|
Data sumber daya
material, peralatan, sub kontraktor yang harus didatangkan ke lokasi proyek.
|
Data keuangan
proyek meliputi arus kas, cara pembayaran pekerjaan, tenggang waktu
pembayaran progress dan lain-lain
|
Data kapasitas
prosduksi meliputi peralatan, tenaga kerja, sub kontraktor, material.
|
Kriteria Estimator
Penjadwalan atau
schedule suatu proyek konstruksi selayaknya harus direncanakan secara matang
dan optimal guna menghindari terjadinya keterlambatan waktu proyek/overun
scheduled serta dampak-dampak buruk lainnya.
Suatu perencanaan
penjadwalan atau schedule proyek konstruksi yang baik ditentukan oleh beberapa
faktor penentu khususnya ditujukan bagi seorang estimator schedule,
diantaranya:
1) Kemampuan
dalam mengestimasi waktu alokasi sumber daya (peralatan, material dan man
power) yang akan dialokasikan selama proyek konstruksi berlangsung. Hal ini
penting mengingat seringnya terjadi penyimpangan waktu transportasi sumber daya
selama proses konstruksi misalnya yang paling sering terjadi yaitu
keterlambatan dalam pengiriman material ke lokasi proyek yang tentunya akan
berpengaruh secara langsung terhadap durasi total pelaksanaan proyek yang telah
direncanakan terlebih jika keterlambatan tersebut berada pada jalur
kritis/Critical Path.
2)
Keteraturan yang sistematis dan runtun dalam tahapan perencanaan pelaksanaan
pekerjaan konstruksi, misalnya urutan sistematis item pekerjaan mulai dari
tahap awal sampai akhir yang berurutan dan logis sesuai dengan kondisi serta
perencanaan alokasi sumber daya saat proyek konstruksi berlangsung. Hal ini
juga ditentukan dari tingkat pengalaman seorang estimator scheduled dalam
penjadwalan suatu proyek yang akan dilaksanakan.
3) Kemampuan
estimasi lama durasi waktu pelaksanaan pada suatu item pekerjaan juga
menentukan tingkat keberhasilan perencanaan penjadwalan suatu proyek konstruksi
dimana pada faktor ini diperlukan analisis terhadap besar produktivitas sumber
daya yang akan digunakan misalnya produktivitas tenaga kerja/man power dan
peralatan/equipment terhadap volume total pekerjaan yang akan dikerjakan.
Bahkan dalam hal ini seorang estimator dapat secara langsung menentukan nilai
durasi waktu pelaksanaan berdasarkan pengalaman empiris yang biasa terjadi di
lapangan.
Produktivitas Resources:
Kapasitas Volume /
Waktu Kerja Resources (Cycle Time)
Total Durasi Waktu:
Volume Total /
(Jumlah Resources x Produktivitas Resources)
4) Kemampuan
estimasi terhadap hal-hal yang mungkin dapat terjadi diluar perencanaan selama
proses konstruksi berlangsung. Ini juga menjadi faktor tambahan yang setidaknya
harus dimiliki oleh seorang estimator schedule dalam memprediksi durasi suatu
item pekerjaan. Hal tersebut bisa berasal dari faktor internal maupun eksternal
misalnya faktor cuaca, kerusakan peralatan, timbulnya kecelakaan kerja, masalah
sosial, timbulnya klaim, dan sebagainya.
Namun yang paling
penting yaitu keahlian dan pengalaman seorang estimator schedule dalam
menganalisis perencanaan penjadwalan proyek secara optimal serta pada proses
monitoring dan pengendaliannya. Hal ini dikarenakan pada phase
planning/perencanaan suatu proyek harus dilakukan dengan matang sehingga
sekurang-kurangnya dapat menekan tingkat risiko potensi penyebab keterlambatan
khususnya pada saat phase pelaksanaan konstruksi dengan tingkat kompleksitas
yang tinggi. Dari paparan berbagai strategi dan model penjadwalan suatu proyek
konstruksi di atas kiranya dapat bermanfaat bagi pihak yang berkecimpung dalam
bidang industri konstruksi. Beberapa hal perlu diperhatikan ketika membuat
project schedule, seperti:
1) Alokasi Resource Pada Pekerjaan
Resource bisa
berupa berbagai hal seperti manusia, barang, peralatan computer dan proyektor,
tempat ruang rapat, misalnya atau layanan seperti training atau tim pendukung
out source yang dibutuhkan dan mungkin ketersediaannya terbatas.
Bagaimanapun juga
resource yang utama adalah manusia. Pertama, project manager akan
mengalokasikan orang-orang tertentu untuk suatu pekerjaan. Kemudian, selama pekerjaan tersebut
berlangsung, orang tersebut mungkin menjadi terlalu sibuk sehingga tidak bisa
dialokasikan untuk pekerjaan lainnya. Perhatikan bahwa pemilihan pelaku perlu
disesuaikan dengan kemampuan dan beragai hal lain karena ada pekerjaan yang
dapat dilakukan oleh siapa saja, tetapi umumnya pekerjaan hanya dapat
dikerjakan oleh satu atau beberapa orang saja.
2) Identifikasikan Setiap Ketergantungan
Sebuah pekerjaan
disebut memiliki ketergantungan jika melibatkan aktivitas, resource atau work
product yang dihasilkan pekerjaan/aktivitas lain. Contoh:
test plan tidak mungkin dilaksanakan selama software belum ditulis,
program baru dapat ditulis setelah class atau modul dibuat dan dideskripsikan
pada tahapan desain. Tiap pekerjaan pada WBS perlu diberi nomor, dengan angka
tersebut bergantung pada nomor pekerjaan syaratnya. Berikut ini adalah sedikit
gambaran tentang bagaimana suatu pekerjaan menjadi tergantung pada pekerjaan
lainnya.
3) Buat Jadwalnya
Tiap pekerjaan
juga memiliki jangka waktu pekerjaan.
Dengan demikian jadwal bisa dibuat, contoh: Tiap pekerjaan ditunjukkan
dengan kotak, sedangkan ketergantungan antar pekerjaan ditunjukkan dengan
gambar panah. Kotak hitam berbentuk wajik antara D dan E (pada gambar di atas)
disebut milestone atau pekerjaan tanpa durasi. Milestone digunakan
untukmenunjukkan kejadian penting pada jadwal. Sedangkan kotak hitam panjang
antara C danD yang juga mengandung potongan wajik menunjukkan summary task atau
dua subpekerjaan yang memiliki induk yang sama. Jadwal bisa dibuat dalam bentuk
Gantt Chart, PERT atau diagram semacamnya Contoh Gantt Chart yang dibuat dengan
sebuah tool manajemen proyek.
Risk Plan
Risk plan adalah
daftar resiko/masalah yang mungkin terjadi selama proyek berlangsung dan
bagaimana menangani terjadinya resiko tersebut.
Bagaimanapun juga ketidakpastian adalah musuh semua rencana, termasuk
rencana proyek. Terkadang ada saja
waktu-waktu yang tidak menyenangkan bagi proyek, banyak kesulitan terjadi
misalnya suatu resource tiba-tiba tidak tersedia. Oleh karenanya risk plan
adalah persiapan terbaik menghadapi ketidakpastian. Langkah-langkah berikut
dapat menjadi acuan untuk mendapatkan Risk Plan:
1) Pembahasan Resiko Potensial
Project manager
akan memimpin sebuah sesi/rapat untuk mengidentifikasikan masalah-masalah yang
mungkin akan muncul. Anggota tim akan dipancing untuk mengemukakan
resiko-resiko yang terpikirkan. Project manager akan menuliskannya di papan
tulis setiap ada yang mengemukakan pendapat yang relevan. Sedikit pendapat
mungkin akan muncul pada awalnya, kemudian berlanjut dengan tanggapan yang
susul-menyusul hingga akhirnya suasana mendingin sampai akhirnya pendapat terakhir
diutarakan.
Resiko yang
dimaksud disini adalah resiko spesifik.
Jika suatu resiko dirasa belum spesifik maka project manager akan
memancing agar permasalahan disampaikan secara lebih spesifik. Sumber masalah
yang baik lainnya adah asumsi-asumsi yang muncul ketika membuat Vision and
Scope dan melakukan estimasi dengan metode Wideband Dephi.
2) Estimasi Dan Resiko/Masalah
Tim akan
memberikan rating untuk setiap resiko. Nilainya berkisar dari 1 masalah dengan
resiko kecil hingga 5 masalah dengan resiko besar, kemungkinan munculnya besar,
mungkin menghabiskan biaya besar dan sulit untuk membereskannya.
3) Buat Sebuah Risk Plan
Tim akan
mengidentifikasi langkah-langkah yang akan di ambil untuk mengatasi
masalah-masalah yang akan muncul tersebut, dimulai dari resiko bernilai lima.
Penjadwalan Proyek PERT adalah suatu alat manajemen proyek yang digunakan untuk
melakukan penjadwalan, mengatur dan mengkoordinasi bagian-bagian pekerjaan yang
ada didalam suatu proyek. PERT yang memiliki kepanjangan Program Evalution
Review Technique adalah suatu metodologi yang dikembangkan oleh Angkatan Laut
Amerika Serikat pada tahun 1950 untuk mengatur programmisil. Sedangkan terdapat metodologi yang sama pada
waktu bersamaan yang dikembangkan oleh sektor swasta yang dinamakan CPM atau
Critical Path Method.
-
Karakteristik Pert
Dari
langkah-langkah penjelasan metode PERT maka bisa dilihat suatu karakteristik
dasar PERT, yaitu sebuah jalur kritis. Dengan diketahuinya jalur kritis ini
maka suatu proyek dalam jangka waktu penyelesaian yang lama dapat
diminimalisasi.
Ciri-ciri jalur kritis adalah:
a) Jalur
yang biasanya memakan waktu terpanjang dalam suatu proses.
b) Jalur
yang tidak memiliki tenggang waktu antara selesainya suatu tahap kegiatan
dengan
c)
mulainya suatu tahap kegiatan berikutnya.
d) Tidak
adanya tenggang waktu tersebut yang merupakan sifat kritis dari jalur kritis.
-
Karakteristik proyek
a)
Kegiatannya dibatasi oleh waktu sifatnya sementara, diketahui kapan mulai dan
berakhirnya.
b) Dibatasi
oleh biaya.
c)
Dibatasi oleh kualitas.
d) Biasanya
tidak berulang-ulang.
-
Manfaat Pert
a)
Mengetahui ketergantungan dan keterhubungan tiap pekerjaan dalam suatu proyek.
b) Dapat
mengetahui implikasi dan waktu jika terjadi keterlambatan suatu pekerjaan.
c) Dapat
mengetahui kemungkinan untuk mencari jalur alternatif lain yang lebih baik
untukkelancaran proyek.
d) Dapat
mengetahui kemungkinan percepatan dari salah satu atau beberapa jalur kegiatan.
e) Dapat
mengetahui batas waktu penyelesaian proyek.
Sekian untuk
pembahasan dalam materi manajemen konstruksi mengenai time schedule dan hal hal
lain yang berkaitan semoga memberikan manfaat lebih bagi pembaca. Sekian dan
Terimakasih.
PENGERTIAN KURVA S
Kurva – S
merupakan suatu kurve yg disusun utk menunjukkan interaksi antara nilai
komulatif anggaran atau jam-orang (man hours) yg sudah digunakan atau
persentase (persen) penyelesaian pekerjaan terhadap waktu. Dengan begitu pada
Kurva–S dapat digambarkan kemajuan volume tugas yg diselesaikan
sepanjang
berlangsungnya proyek atau pekerjaan dalam bagian dari proyek.
Dengan
membandingkan kurva tersebut dgn kurva yg serupa yg disusun berdasarkan
perencanaan, sehingga akan langsung tampak dgn jelas bila terjadi penyimpangan.
Oleh lantaran kemampuannya yg bisa diandalkan dalam melihat
penyimpangan-penyimpangan dalam pengerjaan proyek, sehingga pengendalian.
Proyek dgn memakai
Kurva–S sering kali difungsikan dalam pengendalian suatu proyek.
Pada Kurva–S,
sumbu mendatar menunjukkan waktu kalender, & sumbu vertikal menunjukkan
nilai komulatif anggaran atau jam-orang atau persentase penyelesaian pekerjaan.
Kurva yg berbentuk huruf ”S” tersebut lebih banyak terbentuk lantaran kelaziman
dalam pengerjaan proyek yakni :
Kemajuan pada
awal-awalnya bergerak lambat.
Setelah Itu
diikuti oleh aktivitas yg bergerak cepat dalam jangka waktu yg lebih
lama.
Pada akhirnya
aktivitas menurun kembali & berakhir pada suatu titik akhir.
Juga Sebagai info
utk mengontrol pelaksaan suatu proyek dgn cara membandingkan deviasi antara
kurva rencana dgn kurva realisai.
Sbg infomasi utk
pengambilan keputusan berdasarkan perubahan kurva realisasi terhadap kurva
rencana, perubahan ini bisa dalam bentuk prosentase pekerjaan lebih cepat atau
lebih lambat dari waktu yg telah ditentukan utk menyelesaikan proyek.
Kurva “S”
Kurva ini
menunjukan hubungan antara presentase pekerjaan yang harus diselesaikan dengan
waktu. Biasanya grafik ini dikenal dengan sebutan Kurva S (S-Curve) dalam
satuan bobot persen.
Fungsi kurva “S” ini adalah :
- Untuk
mengontrol pelaksanaan pekerjaan pada setiap waktu, dengan membandingkan
bobot persen rencana dengan bobot persen realisasi dilapangan, sehingga
perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan tidak mengganggu atau
mempengaruhi waktu pekerjaan secara keseluruhan.
- Untuk
mengetahui waktu pembayaran angsuran, berdasarkan perjanjian yang ada,
untuk membayar angsuran ini harus juga diperiksa perincian volume
pekerjaan yang telah diselesaikan.
Ada
dua macam bobot persen:
1.
Bobot
pesen yang menyatakan perbandingan antara harga suatu jenis pekerjaan dalam
waktu tertentu terhadap harga total yang tercantum dalam dokumen kontrak. Dalam
hal ini grafik bobot persen menyatakan hubungan antara harga kumulatif bobot
persen dengan waktu.
2.
Bobot
persen yang menyatakan perbandingan antara bobot suatu jenis pekerjaan dengan
bobot seluruh pekerjaan. Dari bobot persen ini, dapat dibuat grafik yang
menyatakan hubungan antara persentase kumulatif pekerjaan dengan waktu, dari
grafik ini pula dapat diketahui persentase pekerjaan yang harus diselesaikan
dalam jangka waktu tertentu.
Bobot persen yang
dipakai pada proyek ini adalah sebagai berikut:
Pada dasarnya Time
Schedule ini dibuat untuk mengontrol kemajuan suatu proyek, sesuai jangka waktu
yang tersedia. Dalam pelaksanaanya, Time Schedule harus selalu dikontrol agar
dapat dilakukan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Jika
terjadi keterlambatan suatu pekerjaan, maka harus ada pekerjaan yang lain yang
dipercepat menutupi keterlambatan terjadi, misalnya dengan penambahan tenaga kerja,
penambahan peralatan, kerja lembur dan sebagainya.
Dalam penyusunan
Time Schedule ini, yang perlu mendapat perhatian adalah efisiensi pekerjaan,
sehingga biarpun terjadi keterlambatan, proyek tersebut masih memenuhi
persyaratan teknis dan ekonomis.
Prosedur Pembuatan Kurva “S” Rencana
1.
Menuliskan
item pekerjaan seperti yanag ada di Time Schedule.
2.
Menentukan
bobot persen dari tiap item pekerjaan berdasar perincian haraga pada item
pekerjaan terhadap harga total dari semua item pekerjaan.
3.
Membagi
bobot persen pekerjaan (perhitungan no.2) dengan lama waktu yanag dibutuhkan
untuk mengerjakan pekerjaan tersebut sesuai dengan Time Schedule. Misalnya jika
direncanakan pekerjaan itu dapat diselesaikan dalam 4 minggu maka bobot persen
pekerjaan dibagi 4 tiap minggunya. Bobot persen pekerjaan diterapkan untuk
mempermudah penyediaan material, tenaga kerja dan biaya.
4.
Menjumlahkan
bobot persen pekerjaan persatuan waktu.
5.
Membuat
tabel kumulatifi dari persen pekerjaan persatuan waktu yang direncanakan sampai
dengan waktu dari proyek tersebut.
6.
Memplot
grafik hubungan antara kumulaatif dari persen pekerjaan waktu.
Prosedur Pembuatan Kurva “S” Realisasi
Pembuatan
Kurva S ini berhubungan dengan presentasi pekerjaan Kontrakor yang dicatat
dalam Time Schedule. Prestasi pekerjaan ini dinilai dari beberapa persen dari
tiap item/jenis pekerjaan yang telah diselesaikan Kontraktor di lapangan,
sesuai dengan jadwal yang direncanakan. Adapun tahap – tahap pembuatannya
adalah:
1.
Penilaian
prestasi kerja Kontraktor diplot dalam Time Schedule persatuan waktu tersebut.
2.
Menjumlahkan
prestasi kerja Kontraktor untuk seluruh item/jenis pekerjaan yang dikerjakan
persatuan waktu tersebut.
3.
Membuat
tabel kumulatif dari prestasi kerja yang diselesaikan Kontraktor sampai dengan
waktu tersebut.
4.
Memplot
grafik hubungan antara kumulatif dan prestasi kerja dengan waktu. Grafik inilah
yang disebut Kurva S realisasi
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar